Senarai.co – Diare berdarah atau dikenal sebagai disentri, bukan sekadar gangguan pencernaan biasa. Kondisi ini menandakan adanya perdarahan di saluran cerna yang perlu penanganan serius. Darah pada tinja bisa muncul sebagai garis merah segar atau tinja berwarna kehitaman. Yuk, kenali berbagai penyebab diare berdarah dan langkah tepat yang harus dilakukan sebagai penanganan pertama.
Infeksi Bakteri, Penyebab Paling Umum
Bakteri seperti Shigella, Salmonella, Campylobacter, dan E. coli O157:H7 menjadi penyebab utama diare berdarah. Mikroorganisme ini menginvasi dinding usus, menyebabkan peradangan dan ulserasi yang berdarah.
Infeksi biasanya terjadi melalui makanan atau air yang terkontaminasi. Masa inkubasi bervariasi dari beberapa jam hingga beberapa hari setelah terpapar.
Menurut CDC, infeksi Shigella menyebabkan sekitar 450.000 kasus diare berdarah setiap tahunnya di Amerika Serikat saja.
Baca Juga: Waspadai 5 Penyakit Infeksi Bakteri pada Pencernaan yang Berbahaya
Infeksi Parasit Entamoeba Histolytica
Parasit ini menyebabkan disentri amoeba yang gejalanya bisa lebih berat daripada disentri bakteri. Amoeba menembus dinding usus, membentuk ulkus dalam yang mudah berdarah.
Gejala klasiknya adalah diare berlendir bercampur darah seperti “jeli raspberry”, disertai kram perut hebat dan tenesmus (rasa ingin BAB terus meski usus sudah kosong).
Diare berdarah akibat amoeba lebih sering terjadi di daerah dengan sanitasi buruk dan dapat menjadi kronis jika tidak diobati dengan tepat.
Penyakit Radang Usus (IBD)
Kolitis ulseratif dan penyakit Crohn menyebabkan peradangan kronis pada dinding usus. Kondisi ini ditandai dengan periode kambuh diare berdarah diselingi masa remisi.
Pada kolitis ulseratif, perdarahan berasal dari ulkus dangkal di kolon. Sedangkan pada penyakit Crohn, peradangan bisa terjadi di seluruh lapisan dinding usus dan di berbagai bagian saluran cerna.
IBD merupakan kondisi autoimun yang memerlukan penanganan jangka panjang dan pengawasan medis ketat.
Baca Juga: Kenali Perbedaan Sakit Maag dan Radang Usus Besar
Divertikulitis, Peradangan Kantong Usus
Divertikula adalah kantong-kantong kecil yang terbentuk di dinding usus besar, terutama pada orang dewasa di atas 40 tahun. Jika kantong ini meradang atau terinfeksi, terjadi divertikulitis.
Kondisi ini menyebabkan nyeri perut kiri bawah yang hebat, demam, dan sering kali diare berdarah. Perdarahan terjadi ketika pembuluh darah di dekat divertikula mengalami erosi.
Divertikulitis berat dapat menyebabkan perforasi usus yang mengancam jiwa dan memerlukan tindakan bedah darurat.
Kanker Kolorektal
Diare berdarah bisa menjadi tanda awal kanker usus besar atau rektum. Tumor ganas mudah berdarah karena rapuhnya pembuluh darah di sekitarnya.
Perdarahan mungkin sedikit dan tidak terlihat jelas (occult blood), atau muncul sebagai darah segar pada tinja. Sering disertai perubahan kebiasaan BAB yang persisten, penurunan berat badan tanpa sebab jelas, dan rasa tidak lampias setelah BAB.
Kanker kolorektal lebih sering terjadi pada usia di atas 50 tahun, namun kini semakin banyak ditemukan pada usia muda.
Penanganan Pertama yang Harus Dilakukan
Jika mengalami diare berdarah, jangan panik tetapi tetap waspada. Lakukan langkah-langkah berikut sebagai penanganan pertama:
- Rehidrasi – Minum oralit atau air putih sedikit demi sedikit untuk cegah dehidrasi
- Jangan Konsumsi Obat Antidiare Sembarangan – Terutama loperamide, karena bisa memerangkap patogen di usus
- Hindari Makanan Pemicu – Makanan pedas, berlemak, susu, dan kafein yang bisa memperparah iritasi
- Istirahat Total – Berbaring dan hemat energi untuk pemulihan
- Ambil Sampel Tinja – Jika memungkinkan, ambil sampel untuk pemeriksaan dokter
Baca Juga: 7 Langkah Pertolongan Pertama Saat Alami Gangguan Pencernaan
Tanda Bahaya yang Butuh Ke UGD Segera
Diare berdarah dengan kondisi berikut merupakan keadaan gawat darurat yang memerlukan penanganan medis segera:
- Perdarahan sangat banyak (tinja hampir seluruhnya darah)
- Tanda syok (kulit pucat dingin, nadi cepat lemah, tekanan darah turun)
- Nyeri perut hebat dan tiba-tiba
- Demam tinggi > 39°C yang tidak turun
- Penurunan kesadaran atau pingsan
- Riwayat gangguan pembekuan darah atau konsumsi obat pengencer darah
Pemeriksaan yang Akan Dilakukan Dokter
Untuk menentukan penyebab pasti diare berdarah, dokter biasanya akan melakukan serangkaian pemeriksaan:
- Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Medis – Menilai kondisi umum dan pola gejala
- Pemeriksaan Tinja – Kultur tinja untuk identifikasi bakteri/parasit, tes darah samar
- Kolonoskopi – Pemeriksaan visual langsung usus besar dengan kamera fleksibel
- CT Scan Abdomen – Untuk melihat tanda peradangan, divertikulitis, atau massa tumor
- Tes Darah Lengkap – Menilai tingkat perdarahan dan tanda infeksi
Langkah Pencegahan untuk Risiko Tertular
Untuk penyebab infeksius, diare berdarah dapat dicegah dengan kebiasaan higienis:
- Cuci Tangan Teratur – Dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan dan setelah dari toilet
- Konsumsi Air dan Makanan Aman – Pastikan air matang dan makanan dimasak sempurna
- Hindari Kontak dengan Penderita – Jangan berbagi peralatan makan dan handuk
- Vaksinasi – Tersedia vaksin untuk beberapa jenis Salmonella dan Shigella tertentu
- Sanitasi Lingkungan – Jaga kebersihan toilet dan tempat persiapan makanan
Baca Juga: 8 Cara Mudah Menjaga Kesehatan Saluran Cerna Setiap Hari
Diare berdarah bukan kondisi yang bisa dianggap remeh atau diobati sendiri. Penyebabnya bervariasi dari infeksi ringan hingga penyakit serius yang mengancam jiwa. Penanganan pertama yang tepat dan konsultasi medis segera sangat penting untuk mencegah komplikasi. Jika kamu atau keluarga mengalami gejala ini, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Diagnosis dini dan pengobatan tepat menjadi kunci keberhasilan penanganan diare berdarah.



